Ikuti kami di Sosial Media

Ikuti Sosial Media Kami

Pemberontakan PKI Madiun : Latar Belakang, Tujuan, dan Siapa Tokoh Dibaliknya?



Foto ketika anggota PKI Tertangkap


 Pemberontakan PKI Madiun : Latar Belakang, Tujuan, dan Siapa Tokoh Dibaliknya?

Kemunculan PKI di Indonesia bisa dikatakan membawa malapetaka bagi Indonesia karena banyak sekali peristiwa pembunuhan. Peristiwa itu adalah suatu pemberontakan yang sudah sering dilakukan oleh para kaum Komunis di Indonesia, sudah banyak sekali korban yang berjatuhan. Bahkan, pada saat itu rezim yang berkuasa di Kamboja, rezim Khmer (1975-1979) beranggapan bahwa peristiwa Madiun bisa dibilang seperti The Killing Field.


Indonesia mempunyai masa lalu yang cukup kelam, bahkan hampir seluruh masyarakat Indonesia mengetahui masa kelam tersebut. Tak sedikit juga yang mungkin pernah masa kelam Indonesia di masa lampau, hingga mengalami trauma. Salah satu peristiwa yang membuat sebagian masyarakat Indonesia tidak menginginkan hal seperti itu terjadi lagi adalah peristiwa Madiun. Peristiwa ini terjadi pada tahun 1948 mulai dari bulan September hingga bulan Desember.


Adapun beberapa jumlah kabupaten yang mengalami peristiwa Madiun tersebut, seperti Madiun, Cepu, Ngawi, Kudus, Purwodadi, Ponorogo, Trenggalek, Magetan, Pacitan, dan Pati. Pada peristiwa tersebut banyak sekali pembunuhan yang terjadi, mulai dari guru, tokoh masyarakat, kiai, hingga mayoritas kepala desa.


Peristiwa Madiun juga dikenal sebagai peristiwa pemberontakan PKI Madiun. Peristiwa ini tidak terjadi begitu saja, Melainkan ada hal yang melatarbelakangi peristiwa  tersebut. 

Lalu apa yang melatarbelakangi dan tujuan dari pemberontakan PKI Madiun? 

Latar Belakang Pemberontakan PKI Madiun

Di awal kemunculannya Partai Komunis Indonesia sudah dianggap sebagai sebagai suatu organisasi yang dicap memiliki sifat “radikal”. Sebelum berbentuk partai, para kaum komunis mulai membangunnya melalui sebuah organisasi yang bernama Indische Sosiale Democratie Veereningen (ISDV). Organisasi tersebut terbentuk pada zaman kolonial Hindia Belanda atau lebih tepatnya di tahun 1913.


Terbentuknya PKI dengan tujuan untuk membangun semangat masyarakat Indonesia terutama buruh untuk melakukan perlawanan atau pemberontakan kepada pemerintah Hindia Belanda. Ternyata pergerakan PKI ini semakin lama semakin membesar, banyak masyarakat terutama para buruh dan para petani yang terkena rayuan atau janji manis dari para kaum komunis atau anggota PKI, bahkan bisa dibilang memiliki pengaruh yang cukup besar.


Pada masa itu, masyarakat yang bekerja sebagai buruh dan petani cukup banyak, seperti buruh yang bekerja di kantor pos, kantor kereta api, pabrik, dan lain-lain. 

Salah satu hal yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan PKI Madiun adalah perjanjian Renville yang telah disetujui, sehingga wilayah dari Republik Indonesia semakin mengecil dan semakin berkurang. Bahkan, kolonial Belanda memblokade jalur ekonomi Indonesia.


Perjanjian Renvile yang telah disetujui membuat Amir Syarifudin memberikan tanggung jawabnya untuk membentuk kabinet kepada Presiden Indonesia pada saat itu, Soekarno. Akan tetapi, Soekarno menyerahkan tugas membentuk kabinet kepada Moh. Hatta. Amanat yang telah diberikan dari Soekarno, maka Moh. Hatta membentuk kabinet tanpa adanya campur tangan dari kaum kiri atau kaum sosialis.


Setelah Amir Syarifudin mulai mundur dari kepengurusan kabinet, maka ia bersama kawan-kawan paham komunis mulai menciptakan sebuah organisasi, Front Demokrasi Indonesia (FDR). Bukan hanya membentuk FDR saja, Amir Syarifudin juga mulai melakukan kerja sama dengan organisasi-organisasi yang memiliki paham kiri, seperti Partai Komunis Indonesia, Barisan Tani Indonesia disingkat menjadi BTI, Pemuda Sosialis Indonesia disingkat menjadi Pesindo, dan lain-lain.


Selain itu, terbentuknya suatu kabinet yang dibentuk oleh Moh. Hatta, yaitu Rekonstruksi dan Rasionalisasi (ReRa) juga menjadi hal yang melatarbelakangi terjadinya pemberontakan dari PKI Madiun.

Hal ini dikarenakan, paham komunis yang ingin disebarluaskan tidak maksimal, sehingga bagi kaum komunis melakukan pemberontakan di Madiun menjadi salah satu cara agar paham komunis di Indonesia dapat tersebar ke seluruh penjuru daerah yang ada di Indonesia. 

Detik Detik Peristiwa Terjadi

Peristiwa pemberontakan PKI Madiun bisa dibilang dimulai dari adanya perubahan gerakan komunis internasional dan yang menjadi pemimpinnya adalah Stalin. Perubahan itu membuat munculnya dua kubu dalam gerakan komunis. Pertama kubu imperialis dan anti dengan demokrasi serta yang menjadi pemimpin dari kubu ini adalah Amerika Serikat. Kedua, kubu anti imperialis tetapi demokratis, pemimpin dari kubu ini adalah negara Uni Soviet.

Dengan adanya pembagian kubu tersebut membuat negara-negara yang telah menjadi anggota komunis mulai berganti arah. Di sisi lainnya, PKI mulai merancang sebuah strategi dengan cara mengikuti rancangan tentara merah Uni Soviet. Rancangan tersebut digagas oleh menteri pertahanan, Amir Syarifudin yang sekaligus orang yang ikut andil dalam kelahiran PKI. Namun, dua Jenderal besar Indonesia, Jenderal Soedirman dan Jenderal Oerip Soemohardjo menolak sebuah gagasan yang dikeluarkan oleh Amir Syarifudin. Mereka beranggapan bahwa tentara rakyat dan tentara pejuang adalah Tentara Republik Indonesia (TRI) dan bukan tentara yang menggunakan konsep dari negara luar, yaitu tentara merah.


Amir Syarifudin tak menyerah begitu saja, ia mulai mengembangkan idenya agar PKI ini meluas dengan cara membuat suatu pendidikan politik tentara dalam bentuk sebuah lembaga. Menteri pertahanan, Amir Syarifudin mulai memberikan ajaran dan pemahaman komunis pada anggota tentara. Selain itu, ia juga memberikan pangkat militer agar para anggota tentara lebih yakin untuk mengikuti pendidikan politik tentara.


Hal yang mengejutkan terjadi, sebuah rencana untuk mengembangkan PKI menjadi terganggu karena Presiden Soekarno mulai mengeluarkan perintah tentang Tentara Republik Indonesia (TRI) dan laskar-laskarnya untuk digabungkan menjadi satu kesatuan dan berubah nama menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI). Amir Syarifudin yang mendengar perintah tersebut mulai mencari cara untuk mengembangkan PKI. Ia mulai menciptakan TNI masyarakat serta Direktorat Jenderal Angkatan Laut yang pusatnya ada di Lawang. Selain itu, Direktorat Jenderal Angkatan Laut mulai menciptakan kembali sebuah tentara Laut Republik Indonesia (TLRI). Dengan kehadiran TLRI diharapkan angkatan bersenjata dapat mengembangkan PKI di Indonesia.


Akan tetapi, paham komunis yang ingin disebarkan melalui angkatan bersenjata ternyata digagalkan oleh dua Jenderal besar Indonesia, yaitu Jenderal Soedirman dan Jenderal Oerip Soemohardjo.


Penyebaran paham komunis, mulai mengalami kemunduran karena kabinet Amir Syarifudin mengalami penolakan dari KNIP setelah perjanjian Renville terjadi. Dengan penolakan tersebut, maka kabinet yang dirancang oleh Amir Syarifudin tidak mengalami kemajuan, bahkan mendekati kata gagal. Amir Syarifudin tak menyerah untuk menyebarkan paham komunis, ia mulai mencari partai yang pro dengan paham komunis agar bergabung ke dalam Front Demokrasi Rakyat (FDR).


Di tengah-tengah kehadiran FDR di Indonesia, ada seorang tokoh komunis yang sudah melarikan diri datang kembali ke Indonesia dan tokoh itu bernama Muso. Setelah kehadirannya ini, Muso mulai memegang kendali untuk mengendalikan pemahaman komunis di Indonesia. Hingga pada akhirnya, Muso menjadi ketua dari Comite Central Partai Komunis Indonesia (CC PKI). Jabatan ketua di komite ini sebelumnya dijabat oleh Sardjono.


Muso juga membuat sebuah struktur kepengurusan, yaitu Amir Syarifudin yang diangkat menjadi sekretaris yang mengurus bidang pertahanan, Suripso yang memegang kendali segala urusan luar negeri, M.H. Lukman memimpin sekretariat agitrasi dan propaganda. D.N. Aidit yang diberikan tugas untuk mengurusi segala hal tentang buruh, dan Njoto yang menjabat sebagai wakil PKI.


Setiap anggota yang memiliki jabatan di PKI mulai mengembangkan paham komunis dengan cara melakukan pidato-pidato ke beberapa daerah seperti Solo, Sragen, Madiun, dan Yogyakarta. Setiap pidato yang dilakukan oleh para kepengurusan PKI bertujuan untuk menjatuhkan derajat pemerintah Republik Indonesia. Mereka (kaum PKI), juga mengancam kepada aparatur pemerintah seperti kepala desa agar bergabung ke PKI.


Partai Komunis Indonesia (PKI) melakukan pemberontakan di negara Indonesia dimulai dari daerah Madiun, Jawa Timur. Mereka melakukan pemberontakan ini dimulai dari pukul 03.00 yang ditandai dengan tembakan pistol sebanyak tiga kali. Ketika suara tembakan tersebut, mereka (PKI) mulai melakukan gerakan non-parlementer. Bahkan, bukan hanya gerakan non-parlementer saja yang dipimpin langsung oleh PKI, tetapi ada gerakan pelucutan senjata. Hingga pada akhirnya PKI berhasil menguasai kota Madiun, mulai dari kantor polisi, bank, kantor telepon, dan kantor pos.


Tak sampai disitu saja, PKI sangat berkeinginan agar seluruh Indonesia mengetahui bahwa kota Madiun sudah dikuasai olehnya. PKI ingin mengumukan bahwa kota Madiun sudah menjadi kota yang akan berdiri sendiri atau berpisah dari negara Republik Indonesia. Untuk melakukan hal itu, PKI mulai menguasai Radio Republik Indonesia (RRI) dan Gelora Pemuda.


Para TNI yang mendengar kabar ini langsung bertugas agar pemahaman komunis tidak berkembang lebih luas. Namun, pada tanggal 19 September 1948, Muso (ketua PKI) mulai membuat Front Nasional, sehingga kota Madiun diambil alih oleh PKI. Diambilnya kota Madiun dikarenakan pasukan TNI tidak sudah dipojokkan oleh para kaum PKI.


Terlalu banyak korban jiwa atas peristiwa pemberontakan PKI Madiun membuat pemerintah Republik Indonesia membuat suatu rencana untuk mencari jalan tengah dari konflik ini. Maka dari itu, rakyat diberikan kesempatan untuk memiliki kepemimpinan kepala negara, ingin dipimpin oleh Muso atau dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta.


Pada akhirnya, masyarakat Indonesia lebih memilih Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta. Dengan dipilihnya Soekarno, maka Soekarno mengambil sikap melalui pemerintahan Indonesia untuk memberantas PKI dan antek-anteknya. 

Tujuan Pemberontakan PKI Madiun

1. Bertujuan Untuk Mengubah Ideologi Pancasila Dengan Ideologi Komunis

2. Bertujuan Meruntuhkan Kabinet Moh. Hatta (Rekonstruksi dan Rasionalisasi (ReRa)

3. Bertujuan Untuk Menjadikan Muso Dan Amir Syarifuddin Sebagai Presiden Dan Perdana Menteri

Tokoh PKI Madiun

Tokoh-tokoh yang memiliki peran dalam berdirinya dan berkembangnya Partai Komunis Indonesia (PKI) sebagai berikut.


1. Muso

2. Amir Syarifudin


3. Kolonel Dahlan


4. D.N. Aidit


5. Misbach


6. Alimin Prawirodirdjo


7. Darsono


8. Semaun


9. Henk Sneevlit


10. Abdul Latief Hendraningrat


11. Oetomo Ramelan


12. Dan sebagainya

Dampak Pemberontakan PKI Madiun

1. Pembangunan Terganggu

2. Banyak Masyarakat Yang Merasa Tidak Aman

3. Banyak Masyarakat Yang Meninggal Dunia

4.Masyarakat Trauma 

Kesimpulan

Adanya pemberontakan yang terjadi di Madiun yang dilakukan oleh para anggota atau antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI) membuat banyak sekali korban jiwa. Bukan hanya itu saja, kemunculan PKI yang semakin berkembang di masa itu membuat masyarakat Indonesia terbagi menjadi dua kubu, ada yang ingin negara Indonesia dipimpin oleh Muso dan ada juga yang ingin dipimpin oleh Soekarno dan Moh. Hatta.


Banyaknya korban jiwa ini bukan hanya berasal dari kaum komunis saja, tetapi dari negara Indonesia (bukan anggota PKI). Maka dari itu, pemberontakan PKI Madiun bisa dikatakan sebagai salah satu masa kelam yang pernah dialami oleh negara Indonesia. Hingga saat ini, peristiwa Madiun masih memunculkan luka dan kebencian bagi sebagian masyarakat Indonesia terutama bagi mereka yang mengalami masa-masa kelam tersebut.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to " Pemberontakan PKI Madiun : Latar Belakang, Tujuan, dan Siapa Tokoh Dibaliknya?"

Posting Komentar