Ikuti kami di Sosial Media

Ikuti Sosial Media Kami

Jendral Soedirman "Masyumi dan PKI Bersatulah"

Seruan Panglima Besar Jendral Soedirman :
"MASYUMI dan PKI Bersatulah..!"

Guna menghadapi Belanda, Panglima Besar Angkatan Perang Republik Indonesia menyerukan agar partai komunis dan partai islam bersatu-padu di bawah satu komando.

Oleh : Muhammad Umar |11 April 2022

Panglima Besar Soedirman dalam suatu acara yang diselenggarakan golongan kiri. (Arsip Nasional Belanda).



Pasca Peristiwa Madiun pada 18 September 1948, perseteruan terus terjadi antara kelompok Islamis dan kelompok Komunis. Gontok-gontokan antara kaum komunis yang tergabung dalam laskar Pesindo PKI dan kelompok Islamis yang dipelopori Masjumi (Majelis Sjura Muslimin Indonesia) terus berlangsung, terutama di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Menurut sejarawan Harry A. Poeze, Banyak para pengikut FDR/PKI yang lolos dari penumpasan TNI di Madiun, tetap meneruskan perjuangan mereka dengan gerilya di hutan-hutan.
Selain menghadapi militer Belanda, kekuatan-kekuatan bersenjata itu juga tetap mempertahankan pertikaian mereka dengan militer Indonesia dan unsur unsur anti komunis lainnya.

'Yang sudah pasti terjadi justru saling bentrok. Pasukan-pasukan FDR dan Pesindo (Pemuda Sosialis Indonesia) berhadapan dengan kesatuan-kesatuan Hizbullah (Masjumi)," Ungkap Poeze dalam Madiun 1948; PKI Bergerak.
Di Ponorogo, Jawa Timur menjadi salah satu arena pertikaian kedua kelompok tersebut. meski ditempat itu, FDR/PKI sukses ditumpas, namun beberapa pengikutnya masih eksis. 

Sebagai catatan, pada awal terjadi Insiden Madiun 1948, Kota Ponorogo dan Sumoroto memang menjadi basis perlawanan paling kuat dari FDR/PKI. 
Ketika itu, seusai Kota Madiun behasil dikuasai, TNI meneruskan pengejarannya terhadap para pemimpin kaum komunis. karena terdesak sekira 2000 penduduk sipil Ponorogo dijadikan tameng hidup oleh PKI dan seusai bentrokan sengit sekira 500 -an diantaranya tewas.
Dengan latar Belakang berdarah-darah seperti itulah, menyababkan pertikaian terus memanjang di kedua tempat tersebut,

Meski pada 19 Desember 1948, Belanda melancarkan Agresi Militer keduannya, dengan menyerang kedudukan RI di Yogyakarta dan menangkap para pemimpin Indonesia. Namun mereka yang berkonflik seolah tak mempedulikan akan hal itu. 
Soal pertikaian itu, ternyata menjadi masalah bagi rencana Panglima Besar Angkatan Bersenjata LetJend. Soedirman untuk menghadapi Belanda secara fokus. Sudirman merasa 'galau' saat dilapori jika masih ada kelompok-kelompok bangsa sendiriyang masih adu nyawa.

Oleh karenanya, Soedirman mengharapkan agar kedua pihak yang bertikai di Ponorogo itu segera berdamai dan selekasnya fokus menghadapi aksi militer Belanda.
Karena alasan itu pula maka pada 9 Mei 1949, Panglima Besar Soedirman mengeluarkan surat bernota rahasia kepada Komandan Batalyon TNI di Ponorogo (Mayor Soeprapto Soekawati) dengan tembusan kepada Pemimpin PKI/FDR di Ponorogo dan Pimpinan Masjumi di Ponorogo.
Isinya: imbauan agar seluruh golongan bersatu dan menghentikan pertempuran, untuk itu Jendral Sudirman menawarkan semacam amnesti pengampunan pada para pimpinan FDR/PKI.

"kejadian-kejadian masa lampau harus sama sekali dilupakan supaya kekuatan kita benar benar dapat bulat dan utuh satu, sehingga rakyat dan bangsa Indonesia seluruhnya merupakan benteng yang kokoh dan sanggup menghadapi siapapun juga...." ungkap Soedirman seperti termaktub dalam buku Djenderal Soedirman; Pahlawan Sedjati yang ditulis dan diterbitkan oleh Kementrian Penerangan RI pada 1950.

Soedirman juga megaskan, jika perang total menghadapi Belanda mutlak harus dilakukan dibawah satu Komando yang membawahi semua golongan, baik kanan maupun kiri. Dia meyakini jika Belanda bisa menguasai kembali Indonesia, maka yang terjadi adalah kesengsaraan bagi semua golongan dengan tidak memandang ideologinya.

"Kalau kita ingin menang dalam perjuangan suci ini, kita harus kuat, untuk dapat kuat, segala perselisihan harus diberantas dan semua golongan dari macam macam ideologi harus bersatu dalam sikap dan tindakannya," Demikian lanjut Soedirman. 
Dalam kata kata terakhirnya disurat tersebut, Soedirman mengharapkan agar semua pihak yang tengah bertikai di Ponorogo dan Sumoroto mendengarkan seruannya. Namun yang terpenting, kata Soedirman, mereka yang tengah bertikai memiliki niat secara ikhlas untuk mengakhiri semua konflik dan sama sama fokus menghadapi tentara Belanda saja. 

Alimin (Ketua PKI 48)

Ternyara seruan dan ketokohan dari Panglima Besar Sudirman berpengaruh juga, 
terbukti baik laskar Masyumi dan laskar Pesindo PKI bersedia bersatu kembali guna berjuang menghadapi kekuatan militer Belanda. Beberapa sumber sejarah menyatakan hal itu dikarenakan peranan tokoh gaek PKI bernama Alimin bin Prawirodirjo yang bersedia memenuhi seruan Panglima besar Jendral Sudirman.
Dimana hal itu terus berlanjut dengan pertemuan Rahasia antara Alimin dengan Menteri Pertahanan, Sri Sulta Hamengkubuwono ix di pinggiran kota Yogyakarta.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Jendral Soedirman "Masyumi dan PKI Bersatulah""

Posting Komentar